https://sumberayu.id/images/news/3-fakta-tentang-selaput-dara-yang-harus-anda-ketahui-2362982.jpg

3 Fakta tentang Selaput Dara yang Harus Anda Ketahui



Banyak pendapat serta argumen tentang selaput dara yang selama ini beredar di masyarakat. Beberapa di antaranya memang benar, namun tak sedikit juga yang justru malah meyesatkan. Termasuk anggapan bahwa ketika perempuan pertama kali berhubungan badan, maka selaput dara akan robek dan mengeluarkan darah. Lapisan tipis di vagina ini juga masih sering digunakan tolak ukur apakah seorang perempuan masih perawan atau tidak. Padahal, faktanya tidak demikian.

Mengenal selaput dara, lapisan tipis di vagina yang masih jadi patokan keperawanan

Banyak yang masih tidak memahami apa itu selaput dara dan mengapa selalu dihubungkan dengan keperawanan. Secara medis, selaput dara adalah lapisan tipis yang ada di bagian vagina wanita. Secara umum, bentuk selaput dara seperti cincin dengan lubang kecil yang memungkinkan untuk keluarnya darah menstruasi.

Banyak yang menghubungkan selaput dara ini dengan keperawanan karena berpikiran bahwa jika perempuan berhubungan badan, maka lapisan tersebut akan robek saat penis mulai masuk ke vagina. Robeknya selaput dara saat perempuan berhubungan badan ditandai dengan keluarnya darah. Padahal, fakta yang sebenarnya tidak demikian. Selaput dara tidak bisa dijadikan patokan apakah seorang perempuan perawan atau tidak. Ini karena ada banyak hal selain hubungan badan yang bisa menyebabkan robeknya selaput dara.

Elastisitas selaput dara pada tiap perempuan berbeda-beda

Karena letak selaput dara di bagian vagina, maka banyak yang berpikiran bahwa ketika perempuan berhubungan badan, penis akan merobek lapisan tersebut. Untuk itulah, saat perempuan pertama kali berhubungan, jika ada darah yang keluar, maka itu adalah tanda bahwa ia masih perawan dan darah dihasilkan dari selaput dara yang robek.

Faktanya, selaput dara perempuan mungkin saja tidak robek saat pertama kali berhubungan badan. Akan tetapi, aktivitas fisik yang berat bisa merobek selaput dara yang bahkan belum pernah berhubungan badan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh elastisitas selaput dara yang berbeda-beda pada setiap perempuan. Ada yang lapisannya tebal, sehingga meskipun melakukan hubungan badan tidak akan robek. Ada juga yang sangat tipis hingga rentan robek hanya dengan melakukan aktivitas fisik.

Selain itu, dijelaskan secara medis bahwa robeknya selaput dara mungkin saja tidak disadari oleh wanita karena memang tidak menimbulkan rasa sakit yang mungkin selama ini Sahabat Ayu pikirkan. Hal ini karena ada banyak kasus robeknya selaput dara saat perempuan melakukan aktivitas fisik dan mengira bahwa itu adalah darah menstruasi. Jadi, jika selama ini Sahabat Ayu berpikir bahwa robeknya selaput dara akan sangat sakit, maka hal itu tidak terjadi pada semua perempuan.

Selain elastisitas, bentuk selaput dara juga berbeda

Setidaknya ada empat bentuk selaput dara perempuan yang dikenal dalam medis. Yang pertama adalah annual hymen, di mana bentuk selaput dara melingkari penuh lubang vagina. Kedua ada septate hymen, yaitu selaput dara yang memiliki beberapa lubang terbuka. Ketiga ada cibriform hymen, yang ditunjukkan dengan beberapa lubang kecil dengan jumlah banyak. Keempat ada introitus, di mana selaput dara perempuan masih tetap ada meski sudah beberapa kali berhubungan badan.

Bentuk selaput dara yang berbeda ini berpengaruh pada kekuatannya. Beberapa bentuk ada yang sangat elastis, namun ada juga yang sangat rentan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa selaput dara pada setiap perempuan memiliki kondisi yang berbeda, sehingga tidak bisa serta merta dijadikan suatu patokan umum apakah seseorang masih perawan atau tidak.

 

Melihat beberapa fakta di atas, Sahabat Ayu tidak perlu mengkhawatirkan lagi tentang selaput dara dan keperawanan. Tidak perlu takut dianggap tidak perawan jika saat pertama kali berhubungan darah tidak ada bercak darah yang keluar karena bisa saja jenis selaput dara yang dimiliki oleh Sahabat Ayu adalah jenis yang elastisitasnya tinggi.

Di samping itu, sudah bukan zamannya lagi menganggap selaput dara sebagai patokan keperawanan perempuan karena ada beberapa kasus di mana anak perempuan lahir tanpa memiliki selaput dara. Ilmu pengetahuan yang semakin berkembang juga memungkinkan bagi dokter untuk melakukan operasi pembuatan selaput dara.